
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pihaknya menunjukkan bahwa potensi perikanan tangkap di NTT mencapai sekitar 365,1 metrik ton/tahun, namun baru dimanfaatkan sekitar 26,56 persen. Budidaya perikanan, sekitar 5.150 hektare, dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 8,74 persen atau sekitar 450 hektare, budidaya tambak 35.455 hektare dan lahan yang telah diusahakan adalah 284,5 hektare atau tingkat pemanfaatan baru mencapai 1,23 persen. Selanjutnya, budidaya ikan kolam 8.375 hektare dan tingkat pemanfaatan lahan baru 3,40 persen, mangrove dengan 11 species mangrove di Pulau Timor, Rote, Sabu dan Semau dengan luas 19.603,12 hektare dan 17.251,71 hektare di Pulau Flores dan Solor. Luas hutan mangrove di Sumba Timur sekitar 15.000 hektare dengan jumlah yang telah diidentifikasi seluas 1.359 hektare, terumbu karang di perairan NTT diperkirakan memiliki 160 jenis dari 15 famili dengan 350 jenis ikan yang mendiaminya.
"Lokasi penyebaran terumbu karang di NTT di sekitar wilayah Teluk Kupang, Teluk Maumere, Riung 17 Pulau, Pantai utara, timur dan selatan Pulau Sumba, Alor, Lembata dan Labuan Bajo. Potensi-potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal," kata Risamasu. Menurut dia, kalaupun ada sektor unggulan yang telah dioptimalkan, masih terdapat banyak permasalahan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan karena sistem pengelolaan sumber daya tersebut belum dilakukan secara terintegrasi berbasis kepulauan dan membutuhkan langkah-langkah yang tepat dan terarah. Ia mengatakan untuk menjadikan sektor ini menjadi unggulan maka pengembangannya harus memperhatikan beberapa aspek seperti ekologi, ekonomi, sosial yang di dalamnya terdapat pendidikan, hukum, kelembagaan, sarana prasarana, pertahanan dan keamanan.
Pada asepk ekologi perlu melakukan konservasi terhadap spesies kritis dan terancam punah di perairan, membangun tanggul pemecah air (breakwater) bagi daerah pesisir yang rawan abrasi, melakukan rehabilitasi terhadap ekosistem yang telah mengalami degradasi. Sementara aspek ekonomi pemberdayaan masyarakat dalam bidang penangkapan ikan, budidaya perairan dan pengolahan hasil perikanan, mengembangkan sektor parawisata bahari seperti penyelaman, pemancingan, wisata pantai dan wisata budaya. Mengembangkan lembaga mikro yang dapat membantu menggerakan usaha di bidang kelautan dan perikanan, pengembangan sentra produksi dan pemasaran hasil perikanan khusus pada pulau-pulau yang bersebelahan dengan negara tetangga dan penguatan kapasitas kelembagaan usaha nelayan.
Pengembangan pusat informasi dan penelitian kelautan dan perikanan di NTT, peningkatan sumber daya manusia lewat penyuluhan, pelatihan, studi banding, dan lain-lain, pengembangan data base potensi kelautan dan perikanan, sosialisasi dari lembaga terkait kepada masyarakat dan penelitian di bidang kelautan dan perikanan di NTT. "Jika semua aspek tersebut dipadukan dengan baik, saya optimistis sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu sumber penghasilan terbesar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi NTT," demikian Fonny JL Risamasu.
No comments:
Post a Comment